Shuang Xi : Keberhasilan Dalam Nilai Tradisi

Membicarakan pernikahan tentu tak lepas dari elemen-elemen tradisi dan ritual khusus yang mengiringinya. Tradisi dan ritual-ritual tersebut biasanya bervariasi menurut daerah asal kedua mempelai dan adat istiadatnya. Sekarang mari kita telusuri tradisi pernikahan di negara Cina yang tergolong kuat melestarikan adat leluhur.
Ritual pernikahan di Cina memang sangat rumit dan penuh dengan berbagai peraturan yang harus dipatuhi. Sesuai dengan perkembangan zaman, tradisi ini telah banyak mengalami perubahan sehingga jauh lebih singkat dan sederhana, tanpa meninggalkan nilai-nilai dan tujuan utamanya, yaitu menggabungkan dua keluarga dan melanjutkan garis keturunan yang berkualitas.



Perjodohan
Pada usia yang dinilai cukup untuk menikah, orangtua dari pihak pria mulai mencari calon mempelai yang sesuai. Biasanya, pilihan terdiri dari kalangan teman dan kerabat yang telah cukup dikenal dan memiliki latar belakang pendidikan dan ekonomi yang sepadan. Seorang mak comblang lantas ditunjuk untuk menyampaikan hadiah-hadiah dan mendekati orangtua sang wanita.
Bila kedua pihak keluarga telah setuju, maka mereka mulai menghitung tanggal dan jam kelahiran sang pria dan sang wanita yang akan dijodohkan untuk menentukan kesesuaian pribadi masing-masing dalam berumah tangga. Bila didapati sesuai, maka perjodohan pun dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Pertunangan
Pada tahap ini, perjodohan telah disepakati untuk kemudian diresmikan dalam sebuah acara pertunangan. Dalam acara ini, pihak keluarga pria akan menyerahkan sejumlah uang yang telah disepakati bersama dan serahan berupa kue perkawinan yang berbentuk dragon dan phoenix, teh, anggur dan seperangkat pakaian untuk sang wanita. Kue dragon dan phoenix yang melambangkan persatuan sepasang calon mempelai tersebut kemudian dibagikan kepada para hadirin yang terdiri dari kerabat dekat kedua keluarga tersebut dalam jumlah yang ditentukan sesuai dengan kedudukan dan kehormatan mereka dalam keluarga.
Pernikahan
Pernikahan tradisional di Cina biasanya berlangsung sangat khidmat. Bagi yang masih memegang kepercayaan konfusianisme, kedua mempelai dipertemukan di depan altar keluarga mempelai pria, di mana mereka berdua memberi penghormatan pada Dewa Langit dan Bumi, arwah para leluhur dan Dewa Dapur yang disebut Tsao-Chun. Setelah itu, kedua mempelai saling membungkuk memberikan hormat.
Setelah resmi menjadi suami-istri, acara dilanjutkan dengan upacara minum teh. Upacara ini biasanya dilangsungkan di ruang keluarga, lengkap dengan iringan musik kecapi tradisional Cina. Dalam suatu tata cara yang unik, sang mempelai wanita menyeduh teh dan menyajikannya pada anggota keluarga mempelai pria. Hal ini merupakan lambang pengabdian sang istri kepada suami dan keluarganya. Setelah upacara selesai, masing-masing anggota keluarga menyerahkan hong bao yang berisi uang atau perhiasan kepada kedua mempelai. Ini merupakan perlambang restu pihak keluarga pada pasangan suami istri tersebut.
Resepsi

Di Cina, suatu pernikahan baru dianggap lengkap bila telah mengadakan resepsi besar yang turut mengundang seluruh kerabat dan teman-teman dari kedua belah pihak. Resepsi yang biasanya diadakan di rumah atau restoran tersebut akan menyajikan 10 sampai 12 jenis makanan dan minuman. Pesta tersebut merupakan simbol status sosial keluarga, sehingga semakin tinggi status sosialnya, semakin berlimpah makanan dan minuman yang disajikan. Beberapa jenis makanan dihadirkan sebagai simbol khusus, seperti roast pig yang melambangkan kekayaan, ikan atau yu sebagai simbol kemakmuran dan lotus seeds yang merupakan wujud permohonan agar keluarga baru tersebut dikaruniai banyak anak.
Unik bukan? Walaupun beberapa dari ritual tersebut telah tidak dipraktikkan lagi, seperti perjodohan, namun banyak masyarakat Cina yang masih beranggapan bahwa keberhasilan dalam pernikahan sangat ditentukan oleh nilai-nilai tradisi yang dianut.